Thailand harus menoleransi adanya kemungkinan kasus baru Covid-19 pada saat membuka perbatasan ke turis internasional, tetapi Thailand bisa meminimasi dampak dan menghindari tingkat pengangguran yang ada, kata the Tourism Authority of Thailand (TAT).
Image Source: EPA-EFE
Setelah Thailand melaporkan kasus penularan lokal pertama dalam 100 hari terakhir minggu lalu, TAT menurunkan estimasi untuk liburan domestik dari 80 juta ke 70 juta, menyumbang pendapatan sebesar 418 miliar baht, penurunan sebanyak 61% dari 2019.
Kedatangan Internasional tetap tidak berubah di 6,7 juta, sesuai dengan perhitungan sebelum penutupan perbatasan, dengan pendapatan 332 miliar baht, menurun sebanyak 65% dari 2019.
“Kita harus membawa turis kali ini karena penjualan domestik saja tidak akan bisa mempertahankan para pekerja. Jika kita terus menunda ijin masuk, maka 2.5 juta dari 4 juta pekerjaan akan dalam bahaya,” kata gubernur TAT Yuthasak Supasorn.
Mr Yuthasak mengatakan bahwa hotel harus mendapat perkiraan 30% dari target untuk terus berjalan, tetapi sekarang angka nasional masih di 28%.
Tetapi jika turis domestik meningkatkan perjalanan menjadi 100 juta hingga tahun depan, dan rencana masuk berjalan mulus sampai akhir tahun ini, membuka jalan bagi 20,5 juta turis internasional pada tahun 2021, maka akan mencapai 50%, kata Mr Yuthasak.
Masalah yang tidak bisa ditebak, seperti infeksi yang terjadi di Rayong dan kasus baru di Bangkok, sudah membuat rencana ini terundur.
Untuk membuka kembali Thailand, maka pemerintah harus memiliki rencana yang sudah matang dan meningkatkan komunikasi untuk menghindari penularan lokal, kata Mr Yuthasak.
Rencana yang ada sekarang adalah membuka kembali Thailand untuk turis internasional dengan pembatasan. Para turis harus mengikuti peraturan yang ada dan juga mengikuti tes kesehatan serta juga prosedur yang harus dijalani oleh warga negara Thailand yang baru kembali dari luar negeri.
Jika rencana ini sukses, maka Thailand akan memperbolehkan banyak turis untuk datang dan memperluas destinasi yang ada.
“Kita tidak bisa menghindari kasus baru, tetapi yang terpenting kita harus bisa mengontrolnya. Jika ada lima kasus dari 5 juta turis, dan kita bisa mengontrol kasus itu, maka itu bisa menjadi pertimbangan yang baik bagi kesehatan masyarakat dan kelangsungan bisnis”, kata Mr Yuthasak.
Sementara itu, TAT juga berencana untuk mengusulkan proposal kepada pemerintah minggu depan bahwa turis bisa tinggal dengan biaya 2.000 baht dan dapat menetap selama 270 hari.
TAT bekerja bersama sektor swasta untuk langkah selanjutnya, mencari cara yang aman bagi para turis yang tidak bisa tinggal untuk karantina selama dua minggu. Rencana ini membutuhkan persetujuan bilateral dengan negara lain, kata Mr Yuthasak.
Marisa Sukosol Nunbhakdi, presiden dari the Thai Hotels Association, mengatakan bahwa tidak adanya infeksi merupakan target yang tidak mungkin untuk industri liburan. Thailand harus mencari keseimbangan dari resiko dan pendapatan, kata Mrs Marisa.
The Public Health Ministry harus memberitahu bahwa hotel karantina negara (ASQ) juga memiliki standart yang sama dengan ASQ lain yang ada di Bangkok, kata Mrs Marisa. Jika hotel yang sudah bersertifikat tidak mengalami masalah apa-apa dalam beberapa bulan terakhir, maka rencana untuk turis tinggal di properti ASQ tidak akan membawa kasus baru, kata Mrs Marisa.
To see the original news release, click : TAT says country ready to reopen For more information about, visit : https://bangkokpost.com